div.TabView div.Tabs { height: 24px; overflow: hidden; } div.TabView div.Tabs a { float: left; display: block; width: 90px; /* Lebar Menu Utama Atas */ text-align: center; height: 24px; /* Tinggi Menu Utama Atas */ padding-top: 3px; vertical-align: middle; border: 1px solid #000; /*#58FAF4 */ border-bottom-width: 0; text-decoration: none; font-family: "Times New Roman", Serif; /* Font Menu Utama Atas */ font-weight: 900; color: #000; /* #58FAF4 */ } div.TabView div.Tabs a:hover, div.TabView div.Tabs a.Active { background-color: #FF9900; /* #58FAF4*/ } div.TabView div.Pages { clear: both; border: 1px solid #6E6E6E; /* #58FAF4 */ overflow: hidden; background-color: #FF9900; /* #58FAF4*/ } div.TabView div.Pages div.Page { height: 100%; padding: 0px; overflow: hidden; } div.TabView div.Pages div.Page div.Pad { padding: 3px 5px; }

Jumat, 22 Juli 2011

Perjalan Mendobrak Kelas.

Iringan lagu Mayumi Itsuwa, irama dugem, irama sunda by Doel Sumbang, Lagu Iwan Fals Beriringan silih berganti mengantarkan imajinasi untuk menulis perjalanan kami orang-orang kampung yang ingin mendobrak kelas. Warna-warni irama ini persis warna-warni perjalan hidup kami yang selalu berganti aliran dan nada.

Mulai dari yang slow meloh mencerminkan keheningan jiwa petani-petani tulen yang mengabdi hidup dengan bertani, tenang tampa riak dan gelombang, jiwanya damai tentram walau dicap kampungan, udik, tidak berpendidikan, terbelakang dan lain sebagainya.

Irama dugem mewakili irama hidup orang-orang tua yang meledak-ledak mencekoki anak-anaknya dengan cita-cita kaya raya, karena mereka tau betul betapa dugem nya hidup penuh kesulitan kurang sandang kurang pangan, tentu tak perlu kita bahas permasalahan papan.

Aku seperti anak kampungku lainnya hanya tau informasi tentang geliat kota berdasarkan informasi seliweran dari mulut ke mulut, serta televisi yang apapun acaranya sama dengan fiktif (Televisi adalah senjata imperialis barat). Pernah kawanku berkata Per kita ke kota kecamatan muara pinang, disana ada Bank. Kata kawanku, aku yakin kita bisa menemukan uang Rp.25, Rp. 50 sampai Rp.100 sebab logika kawanku yang kecil, mungil dan selalu dibuat kerdil yakin uang akan berserakan dipinggiran bangunan bank, hahuw ha begini imajinasi konsumtif pertama cikal-bakal hedonisme, lantaran kelamaan susah, kelamaan menahan diri dari rasa ingin memiliki sebuah Balon berlatar belakang Super Boys.

Uh hu uh Sesak betul dada ini penuh sesak emosional bercampur tawa geli karena sudah kehabisan stok sedih.  Sulit sekali menemukan padanan kata untuk peristiwa emosional yang masih membekas selama 30 tahun lamanya

Be continue..................