div.TabView div.Tabs { height: 24px; overflow: hidden; } div.TabView div.Tabs a { float: left; display: block; width: 90px; /* Lebar Menu Utama Atas */ text-align: center; height: 24px; /* Tinggi Menu Utama Atas */ padding-top: 3px; vertical-align: middle; border: 1px solid #000; /*#58FAF4 */ border-bottom-width: 0; text-decoration: none; font-family: "Times New Roman", Serif; /* Font Menu Utama Atas */ font-weight: 900; color: #000; /* #58FAF4 */ } div.TabView div.Tabs a:hover, div.TabView div.Tabs a.Active { background-color: #FF9900; /* #58FAF4*/ } div.TabView div.Pages { clear: both; border: 1px solid #6E6E6E; /* #58FAF4 */ overflow: hidden; background-color: #FF9900; /* #58FAF4*/ } div.TabView div.Pages div.Page { height: 100%; padding: 0px; overflow: hidden; } div.TabView div.Pages div.Page div.Pad { padding: 3px 5px; }

Kamis, 14 April 2011

Kenyataan Hidup Di Tinjau Dari Cara Memenuhi Kebutuhan

Desakan, Himpitan, Persaingan, adalah kata yang acap kali kita dengar dalam hal-ikhwal pencapaian kebutuhan hidup. Secara singkat kita defenitiv kan sebagai uang.

Kebutuhan akan uang telah mendesak kita, menyudutkan kita, membawa kita kepada pilihan-pilihan luar biasa sulit, pahit, perih, prustasi lebih konyol lagi lari ke meditasi tempat-tempat sepi lari dari hiruk-pikuk dunia panah mendekati crazy. Menyiksa idealis kita yang tidak jelas. 

Korban bulan-bulanan Perang fisik dua idiologis yang di kebiri paham yang merontokan.

Saya anda dan kalian kalap akan terjangan keinginan memenuhi kebutuhan perut, atas perut, bawah perut, kebutuhan gengsi atau kebutuhan jidat. 

Kita dihadapkan pada pilihan terseret "ikut arus, lebur dalam hidangan pesta ala barat vs timur"atau tenggelam menjadi seolah-olah pecundang, terkucil dalam dunia yang kecil, tersingkir dari kehidupan dunia yang cuman sekali, terpojok di sudut gelap nan sempit, kotor dan bau kehidupan.

Saya ambil contoh yang mungkin kontroversi adalah peristiwa pesta pora Hari Raya : satu pihak ada yang berpesta-pora dengan baju baru, makan minuman melimpah lezatnya disisi lain ada mahluk-mahluk gagal dalam sudut pencapaian kebutuhan ekonomis yang piluh hatinya, sakit dan sangat ingin sama dengan yang berpesta suka ria, 

Tapi apa daya mahluk ini harus terpojok berlinanggan air mata, menjadi tempat penebus dosa para pendosa yang berkorban sekilo daging atau berzakat beberapa kilo beras, sesuai dengan tuntunan Rasul konon kabarnya, Mereka tidak boleh lapar selama hari Raya, besok lusa terserah....

Ini sesungguhnya pendorong sikap kalap, gregetan,  kita ambil semuanya, sikat selagi bisa, toh bukan saya saja yang seperti ini,  toh nanti bisa kita tebus.. 

Perbuatan merugikan orang lain yang telah menginfeksi seperti halnya virus, menerjang sebagian besar manusia, secara matteril dan inmatteril, meninggalkan borok bernanah, mewujud menjadi kusta kehidupan, menghasilkan manusia yang menangis menggeluarkan air mata darah, (air mata nya sudah kering .red). Darah dihisap Hati Di rebus, Jantung Dicabut, oleh siapa oleh Drakula Egoisme pribadi yang Mabuk Tanggapan, Berpandangan Sampah. Gara-gara Rusak Point of View ya jadi begini deh.

Seluruh sikap negatif itu celakanya lagi, bisa di tebus dengan "Cinta Satu Malam" Luar biasa sudut pandang saya yang sudah tergelincir terjun bebas, atau kita terlalu munafik untuk mengakui kalau itulah yang sedang akan lagi kita terjadi. Saya yang salah atau kita yang sudah miring. Kita sudah tergiring ke arah materialistis kontomporer nan sangat kentara. 

Foot Note : dikeberi sama dengan hidup tapi tidak produktif, tidak bisa berkembang "biak"

1 komentar: